Dalam dunia pengelasan tentunya tak asing jika menyebut MIG (Metal Inert Gas). Proses pengelasan yang satu ini banyak diaplikasikan dalam dunia industri yang di dalam prosesnya memerlukan inert gas atau gas mulia sebagai gas pelindung. Nah, kali ini akan dibahas secara detail apa itu inert gas menurut chemical propertiesnya.
Definisi Gas Mulia
Gas mulia adalah gas yang mempunyai sifat
lengai, tidak reaktif, dan susah bereaksi dengan bahan kimia lain. Gas
mulia banyak digunakan dalam sektor perindustrian. Gas mulia juga
merupakan golongan kimia yang unsur-unsurnya memiliki elektron valensi
luar penuh, sehingga menjadi golongan yang paling stabil dalam sistem
periodik unsur. Unsur-unsurnya adalah He (Helium), Ne (Neon), Ar (Argon), Kr (Kripton), Xe (Xenon), dan Rn
(Radon) yang bersifat radioaktif. Karena sifat stabilnya, unsur-unsur
Gas Mulia ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik. Konfigurasi
elektron unsur-unsur Gas Mulia adalah ns2np6, kecuali He 1s2.
Pada tahun 1894, seorang ahli kimia Inggris bernama William Ramsay mengidentifikasi
zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui
mengandung nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida dipisahkan. Ternyata
dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa suatu gas yang tidak
reaktif (inert). Gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat lain sehingga dinamakan argon (dari bahasa Yunani argos yang berarti malas). Empat tahun kemudian Ramsay menemukan unsur baru lagi, yaitu dari hasil pemanasan mineral kleverit.
Dari mineral tersebut terpancar sinar alfa yang merupakan spektrum gas
baru. Spektrum gas tersebut serupa dengan garis-garis tertentu dalam
spektrum matahari.
Untuk itu, diberi nama helium (dari bahasa Yunani helios
berarti matahari). Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat
dikelompokkan ke dalam golongan unsur-unsur yang sudah oleh Mendeleyev
karena memiliki sifat berbeda. Kemudian Ramsey mengusulkan agar unsur
tersebut ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak
antara golongan halogen dan golongan alkali. Untuk melengkapi
unsur-unsur dalam golongan tersebut, Ramsey terus melakukan penelitian
dan akhirnya menemukan lagi unsur-unsur lainnya, yaitu neon, kripton, dan xenon (dari hasil destilasi udara cair). Kemudian unsur yang ditemukan lagi adalah radon
yang bersifat radioaktif. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan
kelompok unsur-unsur yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lain (inert)
dan dibri nama golongan unsur gas mulia atau golongan nol.
Di tahun 1898, Huge Erdmann mengambil nama Gas Mulia (Noble Gas) dari bahasa Jerman Edelgas untuk menyatakan tingkat kereaktifan Gas Mulia yang sangat rendah. Nama Noble dianalogikan dari Noble Metal (Logam Mulia), emas, yang dihubungkan dengan kekayaan dan kemuliaan.
Gas Mulia pertama ditemukan pada tanggal
18 Agustus 1868 oleh Pierre Janssen dan Joseph Horman Lockyer. Ketika
sedang meneliti gerhana matahari total mereka menemukan sebuah garis
baru di spektrum sinar matahari. Mereka menyakini bahwa itu adalah
lapisan gas yang belum diketahui sebelumnya, lalu mereka menamainya
Helium.
Berikut ini adalah asal-usul mana unsur-unsur Gas Mulia, yaitu:
- Helium à ήλιος (ílios or helios) = Matahari
- Neon à νέος (néos) = Baru
- Argon à αργός (argós) = Malas
- Kripton à κρυπτός (kryptós) = Tersembunyi
- Xenon à ξένος (xénos) = Asing
- Radon (pengecualian) diambil dari Radium
Nama-nama di atas diambil dari bahasa
Yunani. Pada awalnya, Gas Mulia dinyatakan sebagai gas yang inert tetapi
julukan ini disanggah ketika ditemukan senyawa Gas Mulia.
Sifat-Sifat Gas Mulia
Gas mulia memiliki titik didih dan titik
leleh yang sangat rendah, oleh karena itu di alam gas mulia berwujud
gas. Gas mulia tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
Berdasarkan jari-jari atom, gas mulia
seharusnya Paling reaktif menangkap elektron. Namun, pada kenyataannya
golongan gas mulia sangat sulit bereaksi. Di alam unsur ini kebanyakan
ditemukan sebagai gas monoatomik. Hal ini dikarenakan konfigurasi
elektronnya yang memenuhi kulit terluar sehingga menjadi stabil.
Kereaktifan gas mulia akan bertambah
seiring dengan bertambahnya nomor atom. Bertambahnya nomor atom akan
menambah jari-jari atom pula. Hal ini mengakibatkan gaya tarik inti atom
terhadap elektron terluar berkurang, sehingga lebih mudah melepaskan
diri dan ditangkap zat lain. Sampai saat ini, senyawa gas mulia yang
sudah dapat bereaksi dengan zat lain adalah xenon dan kripton, sedangkan
helium, neon, dan argon masih sangat stabil.
Menurut percobaan yang dilakukan Neil
Bartlett dan Lohmann, gas mulia hanya dapat bereaksi dengan unsur
Oksigen (O) dan Fosfor (F). Senyawa gas mulia yang ditemukan pertama
kali adalah XePtF6.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
- Jari-jari atom unsur-unsur Gas Mulia dari atas ke bawah semakin besar karena bertambahnya kulit yang terisi elektron.
- Energi Ionisasi dari atas ke bawah semakin kecil karena gaya tarik inti atom terhadap elektron terluar semakin lemah.
- Afinitas Elektron unsur-unsur Gas Mulia sangat kecil sehingga hampir mendekati nol.
- Titik didih unsur-unsur Gas Mulia berbanding lurus dengan kenaikan massa atom.
- Titik lebur unsur-unsur Gas Mulia mengikuti sifat titik didih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar